PANGERAN SACCADININGRAT III
ne foto-foto hasil praktik drama tradisional.
Pangeran Saccadiningrat menikah dengan saudara sepupu ibunya
yang bernama Dewi Sarini, yang pada akhirnya mereka dikaruniai seorang putri
bernama Saini dan diberi julukan R.A. Potre Koneng, karena kulit yang mengkilap dan
kebaikan budi pekertinya. Potre Koneng tumbuh menjadi wanita cantik dan
memiliki budi pekerti yang baik. Suatu hari ayahnya (P.Saccadiningrat)
menghampiri Potre Koneng yang sedang duduk di taman.
P.Saccadiningrat
:” putriku….., sedang apa
engkau, sepertinya sedang gembira “kata
p.saccadiningrat
Potre koneng : “Ayahanda …, maafkanlah ananda atas
kelancangan hamba yang
Belum bisa
memenuhi permintaan ayahanda”. Jawab Potre Koneng
dengan
lembut.
P. saccadiningrat :
“Dengan dasar apa engkau mengakatan hal yang demikian itu?” kata
Pangeran Saccadiningrat ingin tahu
Potre koneng : “Ananda sama sekali tidak
mengetahui tentang masalah perkawinan
dan ananda
lebih senang berbakti kepada Allah dari pada kawin”.
Jawab
Potre Koneng dengan tegas.
Kejadian itu
berlangsung cukup lama yang pada akhirnya Potre Koneng berpamitan kepada
ayahanda dan ibundanya untuk bertapa ke gua Payudan.
Potre Koneng meminta izin untuk menghadap Pangeran
Saccadiningrat.
Potre Koneng :
“Ayahanda…, ananda mohon dengan penuh belas kasihan ananda”.
Jawab
Potre Koneng sedih.
Setelah memikirkan dengan penuh pertimbangan akhirnya kedua
orang tua Potre Koneng mengizinkan dengan syarat ditemani dengan pengiringnya.
P. saccadiningrat :”
bawalah pengiringmu “
Potre koneng :”baiklah
ayahanda “
Permaisuri :”hati-hati
anakku “ kata Permaisuri mengkhawatirka Potre koneng.
Potre Koneng pun berangkat meninggalkan keraton menuju gua
Payudan. Ia menjalani masa pertapaannya dengan tidak makan, minum dan tidur.
Suatu hari tanggal empat belas Potre Koneng tertidur, yang dalam tidurnya Potre
Koneng bertemu dengan seorang pemuda yang sangat tampan dan gagah.
potre
koneng : “Siapa engkau ini?”
tanya Potre Koneng.
Adi poday :”
Aku adalah Adi Poday” jawab pemuda tersebut.
Keesokan
harinya, Potre Koneng kembali ke Sumenep ditemani pengiringnya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Ada sebuah
keajaiban pada diri Potre Koneng, yaitu perutnya yang semakin membesar. Saat
bersama ibu dan para pengawalnya yang sedang jalan-jalan di taman tiba-tiba
Potre koneng mual-mual.
Permaisuri :”
anakku, kenapakah dirimu ? apa kamu sakit ?” kata permaisuri panic
Potre koneng :”entahlah
Ibunda, aku tidak tau !”
Permaisuri membawa potre koneng yang
dipapah oleh pengawal ke kamarnya.
P.saccadiningrat :”permaisuri,
ada apa dengan anak kita ? “ tanyanya yang juga panic
Permaisuri :”
hamba tidak tau yang Mulia Raja ! “
Kemudian P.Saccadiningrat memanggil para pengawalnya :
P.saccadiningrat :”pengawal…,
“ kata P.Saccadingrat berteriak
Pengawal :”ada
apa yang Mulia !
P.saccadiningrat :”cepat
panggilkan tabib “
Pengawal :”baik
yang Mulia “
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya
tabib datang
Tabib :”ada
apa yang Mulia memanggil hamba !” kata tabib kemudian
P.saccadiningrat :”tolong
periksa potre koneng “
Tabib :”baiklah
yang Mulia !”
Tabib mulai memeriksa potre koneng
Permaisuri :”bagaimana
keadaan anakku tabib” Tanya permaisuri
Tabib :”maaf
yang mulia permaisuri, sebenarnya yang mulia putrid tidak
sakit,tapi
sedang hamil “
P.Saccadiningrat :
“Potre Koneng …!! Apa yang telah engkau lakukan?! Engkau telah
membuat
aib yang sangat besar, yaitu engkau telah hamil di luar nikah
dan telah
merusak nama baik keraton ini”. Kata Pangeran
Saccadiningrat.
potre koneng :”apa
!!!... hamil ? tidak, tidak mungkin ayahanda ! saya tidak pernah
melakukannya”
(menitikkan air mata)
P.saccadiningrat :”apa
katamu ?, cepat pergi dari kerajaan ini !!! “katanya marah”aku
tidak
mau
melihatmu “.
Permaisuri :”jangan
yang mulia, potre anak kita kenapa harus diusir ?”
P.saccadiningrat :”diam
!! jangan kau bela anak itu !! dia telah membuat kita malu dan
telah
merusak nama baik keraton ini” katanya “ pangawal !!! cepat
bawakeluarpotre
koneng “
Pengawal :”tapi
yang mulia ?”
P.saccadiningrat :”cepat
!! apa kau juga akan aku usir dari kadipaten ini”
Pengawal :”baik yang mulia, hamba akan
melakukanya “ kemudian menarik tangan potre koneng dengan paksa, pengawal 1 pun
ikut menarik tangan potre koneng.
Potre koneng :”
tidak ayahanda ! tidak “
P.saccadiningrat :” diam !! cepat pergi kau :”
***
Semenjak
di usir dari kerajaan Potre koneng tinggal di hutan bersama seorang dayangnya
sampai ia melahirkan anaknya. Kemuadian Potre koneng menyuruh dayangnya untuk
membuang anak tersebut.
Potre
koneng :”anakku
aku sangat menyayangimu, maafkan ibu !” kata P.koneng
mencium bayinya.
Dayang :”
putri…, jangan putrid ! “ kata dayang itu
Potre koneng “Mbok!
Aku tidak tega menyingkirkan bayi ini akan tetapi apa mau
dikata
inilah
cara yang terbaik” kata sang putri menjelaskan.
Dayang :“Apa
maksud tuan putri?” tanya si mbok penuh keheranan.
P.koneng :“Taruh
anakku ini di tempat yang jauh dan aman”. Kata sang putrid
menghawatirkannya.
Dayang :“Baik
tuan putri hamba bersedia melakukan segala titik tuan putri dan
demi
keselamatan tuan putri” jawab si mbok.
Dengan sangat berat hati dan diiringi dengan deraian air
mata sang putri menyerahkan bayi itu kepada si mbok. Maka berangkatlah si mbok
ke hutan dan meletakkan bayi itu di tempat yang terjamin keamanannya. Bayi itu
diletakkan di bawah pohon rindang dan di tutup dengan dedaunan, setelah
melaksanakan tugasnya itu maka sang pengasuh kembali ke keraton.
***
Beberapa tahun kemudian
Dikeraton
P. saccadiningrat membuat perjanjian yang diumumkan kepada seluruh rakyat
Sumenep.
P.
saccadiningrat :”barang siapa yang dapat mengalahkan
dempo awang, akan ku angkat
menjadi raja di istana ini “.
Mendengar
janji P.saccadiningrat, banyak para pemuda yang mencoba untuk mengalahkan dempo
awang namun, sayang tidak ada satupun yang berhasil mengalahkannya. Suatu
ketika ketika sedang terjadi peperangan di kerajaan Joko tole datang membantu
P.saccadiningrat untuk mengalahkan Dempo awang.
Dempo awang :”
siapa kau anak muda ! jangan ikut campur atau ku hancurkan kau !”kata Dempo
awang marah.
Joko tole :”jangan
banyak bicara ! hadapi aku” kata Joko tole menantang.
Peperangan terjadi antara Joko tole
dan Dempo awang yang kemudian dimenangkan oleh Joko tole. P.saccadingrat senang
melihatnya dan memanggil Joko tole untuk mendekat.
P.
saccadiningrat :”siapa namamu anak muda ! “ kata P.
saccadiningrat
Joko
tole :”
sembahku pada yang Mulia, nama hamba Joko tole “ sambil berlutut
P.
saccadiningrat :” karena kamu berhasil mengalahkan
Dempo awang maka kamu akan
ku angkat menjadi raja di keraton
ini.
Belum
sempat menjawab, kemudian Mpu kelleng datang.
Mpu
kelleng :”
mafkan hamba yang Mulia karena lancang mengganggu yang
Mulia.” Kata Mpu kelleng tiba-tiba.
Joko
tole :”
ayah….” Kata Joko tole kaget.
P.
saccadiningrat :”apa dia ayahmu ?” Tanyanya pada Joko
tole
Joko
tole :”
iya yang Mulia”
P.
saccadiningrat :”putramu sangat hebat “ kata P.
saccadiningrat memuji.
Mpu
kelleng :”terimakasih
yang Mulia. Yang Mulia sebenarnya ada yang ingin
hamba sampaikan kepada anda!“
P.
saccadiningrat :” apa yang ingin kau katakana ? “
Mpu
kelleng :”sebenarnya
hamba bukan orang tua Joko tole. Orang tua Joko tole
yang sebenarnya adalah …... “ kata
Mpu kelleng gugup, kemudian
melanjutkan perkataannya “ yang
Mulia, Joko tole ini adalah putra dari
yang Mulia potre koneng “.
P.
saccadiningrat :” apa ?, benarkah ?” kata P.
saccadiningrat tidak percaya.
Mpu
kelleng :”
iya yang Mulia.”
P.
saccadiningrat :”berarti kau adalah cucuku Joko tole “
kata P. saccadiningrat memeluk
joko tole.
Joko
tole :”
kakek …! “ dalam pelukan kakeknya
P.
saccadiningrat :” sekarang dimana putriku Potre koneng
? “ Tanya P. saccadiningrat
kepada Mpu kelleng
Kemudian
Potre koneng datang bersama permaisuri dan dayangnya.
Potre
koneng :”
hamba disini ayahanda ! “ kata potre koneng.
P.
saccadiningrat :” putriku ….
Joko
tole :”
ibu…
***
Sebenarnya sudah bagus,,,namun kan judulnya naskah drama tradisional madura,,, jadi akan lebih baik jika bahasanya menggunakan madura yang halus,, yaitu Engghi-Bhunten
BalasHapusSekian,,Good Luck :)